Sejarah Kurikulum Pendidikan di Indonesia dari Masa ke Masa

Sejarah Kurikulum Pendidikan – Sejak Indonesia merdeka hingga hari ini, kurikulum pendidikan tidak pernah benar-benar lepas dari cengkeraman kekuasaan. Setiap pergantian rezim politik selalu di iringi dengan perubahan kurikulum, seolah-olah pendidikan hanyalah alat untuk mencetak generasi sesuai kepentingan penguasa. Jangan tertipu dengan istilah “penyesuaian zaman” — karena faktanya, banyak kurikulum di ubah lebih karena motif ideologis, bukan kebutuhan siswa.

Kurikulum 1947: Warisan Kolonial yang Dipoles

Pertama yang di gunakan setelah kemerdekaan adalah Kurikulum 1947, atau lebih di kenal dengan nama Rentjana Pelajaran 1947. Kurikulum ini masih sangat kental dengan nuansa kolonial. Fokus utamanya bukan pada pengembangan karakter bangsa, melainkan pada transfer pengetahuan dasar. Tujuan utama? Mencetak pekerja dan birokrat, bukan pemikir bebas. Tak heran jika pendidikan kala itu masih kaku dan tidak menyentuh realitas sosial masyarakat Indonesia https://www.sdn1wayhandak.com/.

Kurikulum 1964 dan 1968: Pendidikan dalam Bayang-Bayang Politik

Ketika Orde Lama berkuasa, Kurikulum 1964 di perkenalkan dengan gagasan “Pancawardhana” — lima aspek perkembangan: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keterampilan, dan jasmani. Terdengar indah, tapi realitanya kurikulum ini sarat propaganda anti-Barat dan pro-komunis. Lalu datanglah Orde Baru yang menyapu bersih pengaruh politik kiri dan menggantinya dengan Kurikulum 1968, yang kaku, militeristik, dan penuh indoktrinasi. Pendidikan di jadikan alat negara untuk membentuk manusia “pembangunan” yang patuh dan tidak banyak bertanya.

Kurikulum 1994 dan KBK 2004: Modernisasi Setengah Hati

Di era reformasi, muncul Kurikulum 1994 yang mencoba mengakomodasi berbagai mata pelajaran secara seimbang. Namun sistem ini justru membebani siswa dengan jadwal padat dan tumpang tindih antar mata pelajaran. Lalu di gantikan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 yang di gadang-gadang lebih “progresif”, namun pelaksanaannya kacau karena guru tidak siap dan sarana belum memadai. Seolah-olah pemerintah melempar bom waktu ke ruang kelas tanpa petunjuk evakuasi.

Kurikulum 2013 dan Merdeka Belajar: Inovasi atau Ilusi?

Kurikulum 2013 hadir dengan semangat integrasi nilai-nilai karakter dan kecakapan abad 21. Namun lagi-lagi, implementasinya setengah hati. Guru kebingungan, siswa tertekan. Lalu lahirlah Kurikulum Merdeka — yang katanya memberi kebebasan pada sekolah dan guru. Tapi pertanyaannya: kebebasan untuk siapa? Banyak sekolah di daerah terpencil masih tertinggal, tidak punya akses teknologi, dan kekurangan guru. Apakah mereka juga “merdeka”?

Baca juga artikel kami yang lainnya: 200 Sekolah Rakyat Siap Dibangun Tahun Ini

Pertanyaan Penting: Untuk Siapa Kurikulum Ini?

Melihat sejarah kurikulum di Indonesia, satu hal jadi terang: pendidikan kita tidak pernah benar-benar di rancang untuk membebaskan pikiran rakyat. Ia lebih sering di jadikan alat politik, proyek ambisius tanpa solusi konkret. Kurikulum berubah, tetapi sistem tetap sama: sentralistik, birokratis, dan mengabaikan realitas di lapangan. Sudah waktunya publik bertanya dan menuntut: pendidikan kita ini sebenarnya untuk siapa?

200 Sekolah Rakyat Siap Dibangun Tahun Ini

200 Sekolah – Tahun ini, ada kabar yang menggembirakan bagi dunia pendidikan Indonesia. Pemerintah melalui program “Sekolah Rakyat” siap membangun 200 sekolah di berbagai daerah yang selama ini terpinggirkan. Mimpi besar ini akhirnya jadi kenyataan setelah berbulan-bulan jadi wacana yang hangat diperbincangkan.

Tentu saja, ini bukan sekadar angka atau proyek biasa. 200 sekolah yang akan dibangun bukan hanya untuk mengurangi angka buta huruf atau meningkatkan angka kelulusan, tapi juga sebagai jawaban nyata bagi ribuan anak-anak di pedalaman yang selama ini terhalang akses pendidikan berkualitas. Inilah saatnya kita melihat apakah janji pemerintah benar-benar bisa diwujudkan, atau justru hanya sebuah angka yang berakhir seperti proyek-proyek lainnya yang tertunda.

Daerah Tertinggal Jadi Fokus Utama

Salah satu hal yang patut di apresiasi adalah fokus pemerintah untuk membangun sekolah-sekolah di daerah-daerah tertinggal. Selama ini, banyak anak-anak yang harus menempuh jarak ratusan kilometer hanya untuk bisa bersekolah, itu pun dengan fasilitas yang jauh dari memadai. Dengan hadirnya 200 sekolah baru, tentunya akan membawa dampak besar dalam mempermudah akses pendidikan mereka.

Bayangkan betapa banyaknya anak yang selama ini terhambat untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Kini, dengan program ini, mereka bisa merasakan fasilitas yang lebih baik, ruang kelas yang nyaman, dan yang paling penting, tenaga pengajar yang lebih terjamin kualitasnya.

Baca juga : Infografis: Beasiswa LPDP 2025 Tahap 1 Dibuka!

Infrastruktur dan Teknologi Menjadi Prioritas

Selain bangunan fisik, perhatian utama dalam pembangunan sekolah ini adalah pemenuhan fasilitas pendidikan yang layak dan mendukung. Tidak hanya soal ruang kelas yang nyaman, namun juga fasilitas teknologi yang memadai, seperti akses internet dan komputer untuk mendukung pembelajaran digital.

Infrastruktur ini bukan hanya soal fasilitas fisik, tapi juga soal membangun mindset siswa dan guru agar siap menghadapi era pendidikan digital. Dengan membangun sekolah yang di lengkapi dengan teknologi terbaru, pemerintah berusaha mengejar ketertinggalan yang selama ini terjadi antara daerah perkotaan dan pedesaan.

Persiapan dan Tantangan yang Harus Dihadapi

Namun, di balik semua optimisme ini, ada banyak tantangan yang harus di hadapi. Membangun sekolah di daerah terpencil tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Akses yang terbatas, sumber daya yang kurang, serta tantangan geografis yang sulit, menjadi halangan yang tidak bisa di anggap remeh.

Pemerintah harus bekerja sama dengan berbagai pihak, mulai dari kementerian terkait, lembaga pendidikan, hingga masyarakat lokal untuk memastikan proyek ini bisa berjalan lancar. Tidak hanya itu, keberlanjutan operasional sekolah-sekolah ini juga harus menjadi perhatian utama. Apakah guru-guru yang di tugaskan akan tetap betah bekerja di daerah tersebut? Apakah fasilitas yang di bangun bisa di pelihara dengan baik? Semua ini adalah pertanyaan yang harus segera di jawab.

Masyarakat Menanti dengan Harapan

Bagi masyarakat yang selama ini merindukan perubahan dalam dunia pendidikan, program ini membawa harapan besar. Harapan bahwa anak-anak mereka tidak hanya bisa bersekolah, tetapi juga mendapatkan pendidikan yang berkualitas, yang dapat membuka jalan bagi masa depan yang lebih cerah.

Namun, tantangan terbesar adalah memastikan bahwa pembangunan 200 sekolah ini bukan hanya sebagai proyek sementara. Pembangunan sekolah yang berkelanjutan dengan kualitas pendidikan yang terjaga akan memberikan dampak jangka panjang yang lebih berarti bagi kemajuan bangsa.

Dengan begitu, tidak hanya tahun ini, tetapi generasi-generasi berikutnya akan merasakan manfaat dari perubahan besar ini. Apakah program ini akan sukses besar? Ataukah justru akan menjadi cerita kegagalan lainnya? Semua mata kini tertuju pada langkah pemerintah untuk menjawab tantangan besar ini.

Samsung Digital Lighthouse School Dorong Digitalisasi Pendidikan

Samsung Digital Lighthouse School – Pendidikan di Indonesia sedang berada di persimpangan jalan. Terhimpit oleh tantangan besar, mulai dari ketertinggalan infrastruktur hingga kurangnya keterampilan digital, sektor pendidikan kita harus siap bertransformasi. Namun, inilah saat yang tepat untuk mendorong perubahan besar. Samsung melalui inisiatif Digital Lighthouse School hadir untuk memberikan angin segar dalam dunia pendidikan di Indonesia, mengakselerasi digitalisasi yang sangat di butuhkan.

Langkah Berani Samsung: Menjadi Cahaya Bagi Pendidikan

Saat kebanyakan negara maju sudah melangkah jauh dengan teknologi dalam pendidikan, Indonesia justru sedang berjuang untuk mencapainya. Di sinilah peran Digital Lighthouse School yang di gagas oleh Samsung menjadi sangat penting. Program ini bukan sekadar solusi sementara, tetapi sebuah langkah berani untuk memetakan masa depan pendidikan di Indonesia, yang kini tengah terpuruk https://www.sdn1wayhandak.com/.

Dengan mendirikan Digital Lighthouse School di berbagai daerah, Samsung bukan hanya memberikan perangkat teknologi, tetapi juga menyertakan program pelatihan bagi guru dan siswa. Mereka mengajarkan keterampilan digital yang sangat dibutuhkan di dunia modern, yang semakin mempengaruhi setiap aspek kehidupan.

Inovasi untuk Guru dan Siswa

Tak bisa di pungkiri, masalah terbesar dalam digitalisasi pendidikan adalah ketidaksiapan tenaga pendidik. Tidak jarang kita mendengar bahwa banyak guru yang masih kesulitan memanfaatkan teknologi dalam proses belajar mengajar. Samsung menyadari hal ini dan dengan inisiatif Digital Lighthouse School, mereka tidak hanya memberikan perangkat keras, tapi juga mengadakan pelatihan dan pendampingan secara terus-menerus. Dengan begitu, guru-guru dapat mengoptimalkan penggunaan teknologi di dalam kelas, serta menginspirasi siswa untuk mengembangkan keterampilan digital mereka.

Penerapan Digital Lighthouse School juga menyentuh langsung kebutuhan siswa. Mereka mendapatkan kesempatan untuk belajar menggunakan perangkat canggih dan berbagai aplikasi yang akan meningkatkan kualitas belajar mereka. Ini adalah modal besar untuk mempersiapkan generasi muda Indonesia yang siap menghadapi tantangan dunia digital yang semakin berkembang.

Membangun Ekosistem Digital yang Terintegrasi

Tidak hanya pada aspek individu, program ini juga membangun sebuah ekosistem digital yang terintegrasi. Dengan menghubungkan sekolah-sekolah yang sudah terpilih dengan berbagai platform digital, Samsung menciptakan sebuah lingkungan belajar yang penuh dengan sumber daya teknologi. Dari platform pembelajaran daring hingga perangkat untuk praktikum, semua di hadirkan untuk memastikan para siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih kaya dan interaktif.

Perubahan besar seperti ini tentu tidak bisa terjadi dalam semalam. Di butuhkan kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Namun, Samsung telah menunjukkan bahwa langkah pertama sudah di mulai. Digital Lighthouse School adalah contoh nyata bagaimana perusahaan teknologi dapat berperan aktif dalam mempercepat transformasi pendidikan di Indonesia.


Baca juga artikel kami yang lainnya: Asmaul Husna Menggema di Doa Bersama MTsN 1 Bantul


Terobosan yang Wajib Dapat Dukungan

Untuk mencapai tujuan digitalisasi pendidikan yang optimal, dukungan dari berbagai pihak sangat di perlukan. Program seperti Digital Lighthouse School bukan hanya soal memberi perangkat, tapi juga menyentuh aspek pendampingan dan pengembangan keterampilan. Pendidikan digital bukan lagi pilihan, melainkan keharusan yang harus di penuhi. Indonesia tidak boleh tertinggal lagi.

Asmaul Husna Menggema di Doa Bersama MTsN 1 Bantul

Asmaul Husna Doa bersama kali ini memiliki makna khusus bagi siswa kelas IX MTsN 1 Bantul. Kegiatan ini digelar menjelang pelaksanaan ujian akhir madrasah yang semakin dekat.
Para siswa memanjatkan harapan agar diberikan kelancaran, ketenangan, dan kesuksesan.
Mereka juga memohon agar diberi kesehatan dan kekuatan dalam menjalani proses belajar.

Orang tua siswa turut mendukung kegiatan ini dengan doa dari rumah masing-masing.
Kebersamaan spiritual ini menjadi kekuatan moral yang luar biasa bagi para siswa.
Doa bersama menjadi momentum memperkuat tekad dan semangat mereka menghadapi tantangan.
Guru pun memotivasi siswa agar tidak hanya belajar keras, tapi juga berdoa sungguh-sungguh.

Simbol Keberkahan dan Harapan

Pembacaan Asmaul Husna dalam kegiatan ini bukan sekadar rutinitas religius.
Ia menjadi simbol permohonan keberkahan yang melingkupi seluruh proses pembelajaran.
Nama-nama Allah yang agung mengajarkan siswa mengenal sifat-sifat-Nya dengan lebih mendalam.
Mulai dari Ar-Rahman, Ar-Rahim, hingga Al-Hakim, semua membawa makna pembelajaran spiritual.

Siswa diajak menyadari bahwa ilmu pengetahuan harus disertai kesadaran spiritual.
Madrasah tidak ingin menghasilkan lulusan pintar saja, tetapi juga berhati nurani. Asmaul Husna menjadi sarana pendidikan nilai yang menyentuh hati dan pikiran siswa.

Dukungan Program dari Kementerian Agama

Program pembinaan keagamaan seperti ini sejalan dengan arahan Kementerian Agama.
Melalui berbagai kebijakan, Kemenag mendorong madrasah mengintegrasikan nilai-nilai spiritual.
Madrasah didorong menjadi garda depan pendidikan karakter berbasis ajaran Islam.
MTsN 1 Bantul telah menjadi salah satu pelaksana aktif program ini secara konsisten.

Melalui situs resmi Kemenag, publik dapat mengikuti berbagai kegiatan madrasah inspiratif. Sebagai lembaga di bawah binaan Kemenag, madrasah memang memiliki peran strategis.
Mereka tidak hanya mencetak generasi cerdas, tetapi juga religius dan berakhlak mulia.

Mengintegrasikan Spiritualitas dalam Kurikulum

MTsN 1 Bantul juga berupaya mengintegrasikan pembelajaran spiritual dalam kurikulum.
Pembiasaan Asmaul Husna tidak berdiri sendiri, melainkan menyatu dalam seluruh aktivitas.
Guru mengaitkan pembelajaran mata pelajaran umum dengan nilai-nilai Islam yang relevan. Spiritualitas menjadi pondasi dalam memahami dunia dan membentuk pandangan hidup positif.

Baca juga artikel lainnya yang ada pada situs kami https://www.sdn1wayhandak.com.

Transformasi Pendidikan Berbasis Nilai

MTsN 1 Bantul secara perlahan mengalami transformasi sebagai madrasah berbasis nilai. Madrasah menjadi rumah kedua yang menumbuhkan kebiasaan baik secara berkelanjutan.
Semua unsur terlibat dalam mewujudkan pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan, tetapi menyucikan.

Menyemai Spirit Keikhlasan Sejak Dini

Pembacaan Asmaul Husna bukan sekadar aktivitas formal, tetapi ladang latihan keikhlasan. Dalam lantunan nama Allah, siswa menemukan kekuatan untuk menghadapi dunia penuh tantangan.

Guru juga memberi pemahaman bahwa ujian bukanlah akhir, melainkan awal perjalanan.
Dengan menyebut nama Allah, siswa menanamkan harapan, memupuk sabar, dan menumbuhkan syukur.
Nilai-nilai ini menjadi bekal penting ketika mereka nanti melangkah ke jenjang lebih tinggi.
Dengan demikian, madrasah tidak hanya mencetak siswa unggul, tetapi juga pribadi tangguh.

10 Negara dengan Orang-orang Paling Pintar di Dunia

10 Negara – Sebuah penilaian terbaru melaporkan daftar negara dengan penduduk paling pintar di dunia. Penilaian ini mencakup berbagai hal termasuk penduduk yang pernah masuk nominasi penghargaan Nobel.

Selama ini, laporan mengenai negara-negara dengan penduduk terpintar di dunia umumnya didasarkan pada skor intelligence quotient (IQ). Dengan kata lain, semakin tinggi rata-rata IQ penduduk suatu negara, maka negara tersebut secara otomatis dianggap sebagai negara dengan tingkat kecerdasan tertinggi. Sebagai tambahan, pendekatan ini sering kali digunakan sebagai indikator utama dalam menentukan peringkat kecerdasan negara-negara di dunia.

Namun, penilaian berbeda di lakukan World of Card Games dengan metodologi terbaru. Penilaian di lakukan dengan empat kriteria dalam skala 0-100, yaitu :

– Jumlah individu dengan nominasi penghargaan hotel

– Jumlah universitas dengan penghargaan Nobel

– Nominasi rata-rata IQ (Lynn-Becker)

– Persentase penduduk dewasa yang memiliki minimal gelar sarjana/sederajat

– Persentase populasi dewasa yang memiliki minimal gelar master/sederajat

Matriks penilaian tersebut di ambil dari berbagai sumber termasuk the Nobel Prize Organization, World Population Review, dan database pendidikan internasional.

Lantas bagaimana hasilnya?

Swiss Jadi Negara dengan Penduduk Terpindah di Dunia

Berdasarkan hasil tinjauan, Swiss menjadi negara terpintar di dunia, dengan skor 92,02 dalam kriteria peringkatnya. Secara kolektif, orang Swiss memiliki 1.099 nominasi penghargaan Nobel dan rata-rata IQ 99,24

Dari segi pendidikan, sekitar 40,02% penduduknya memiliki setidaknya gelar sarjana atau setara. Di sisi lain, sekitar 18,05% penduduk Swiss memiliki gelar master atau setara. Selain itu, perlu diketahui bahwa ada sebanyak 32 universitas di Swiss yang telah menerima nominasi penghargaan Nobel, yang tentunya menunjukkan tingginya kualitas pendidikan di negara ini.

Setelah Swiss ada Inggris Raya (UK) yang menempati peringkat kedua. Disusul Amerika Serikat di peringkat ketiga.

Dalam peringkat sepuluh besar, mayoritas di isi oleh negara-negara dari Eropa. Hanya AS yang bukan berasal dari Eropa dalam peringkat top 10. Berikut untuk daftar lengkapnya, sebagaimana di lansir Forbes.

1. Swiss

Jumlah individu dengan nominasi penghargaan Nobel: 1.099

Jumlah universitas dengan penghargaan Nobel: 32

Rata-rata IQ (Lynn-Becker): 99,24

Persentase penduduk dewasa yang memiliki minimal gelar sarjana/sederajat: 40,02

Persentase populasi dewasa yang memiliki minimal gelar master/sederajat: 18,05

2. Inggris Raya

Jumlah individu dengan nominasi penghargaan Nobel: 2.393

Jumlah universitas dengan penghargaan Nobel: 128

Rata-rata IQ (Lynn-Becker): 99,12

Persentase penduduk dewasa yang memiliki minimal gelar sarjana/sederajat: 39,59

Persentase populasi dewasa yang memiliki minimal gelar master/sederajat: 14,37

3. Amerika Serikat

Jumlah individu dengan nominasi penghargaan Nobel: 5.717

Jumlah universitas dengan penghargaan Nobel: 256

Rata-rata IQ (Lynn-Becker): 97,43

Persentase penduduk dewasa yang memiliki minimal gelar sarjana/sederajat: 38,57

Persentase populasi dewasa yang memiliki minimal gelar master/sederajat: 14,79

4. Belanda

Jumlah individu dengan nominasi penghargaan Nobel: 550

Jumlah universitas dengan penghargaan Nobel: 21

Rata-rata IQ (Lynn-Becker): 100,74

Persentase penduduk dewasa yang memiliki minimal gelar sarjana/sederajat: 36.63

Persentase populasi dewasa yang memiliki minimal gelar master/sederajat: 15.56

5. Belgia

Jumlah individu dengan nominasi penghargaan Nobel: 495

Jumlah universitas dengan penghargaan Nobel: 23

Rata-rata IQ (Lynn-Becker): 97,49

Persentase penduduk dewasa yang memiliki minimal gelar sarjana/sederajat: 39,39

Persentase populasi dewasa yang memiliki minimal gelar master/sederajat: 17,28

6. Swedia

Jumlah individu dengan nominasi penghargaan Nobel: 834

Jumlah universitas dengan penghargaan Nobel: 34

Rata-rata IQ (Lynn-Becker): 97.00

Persentase penduduk dewasa yang memiliki minimal gelar sarjana/sederajat: 33,69

Persentase populasi dewasa yang memiliki minimal gelar master/sederajat: 16,18

7. Jerman

Jumlah individu dengan nominasi penghargaan Nobel: 3.653

Jumlah universitas dengan penghargaan Nobel: 150

Rata-rata IQ (Lynn-Becker): 100,74

Persentase penduduk dewasa yang memiliki minimal gelar sarjana/sederajat: 29,21

Persentase populasi dewasa yang memiliki minimal gelar master/sederajat: 12,28

8. Polandia

Jumlah individu dengan nominasi penghargaan Nobel: 284

Jumlah universitas dengan penghargaan Nobel: 17

Rata-rata IQ (Lynn-Becker): 96,35

Persentase penduduk dewasa yang memiliki minimal gelar sarjana/sederajat: 28,65

Persentase populasi dewasa yang memiliki minimal gelar master/sederajat: 22,31

9. Denmark

Jumlah individu dengan nominasi penghargaan Nobel: 503

Jumlah universitas dengan penghargaan Nobel: 20

Rata-rata IQ (Lynn-Becker): 97,83

Persentase penduduk dewasa yang memiliki minimal gelar sarjana/sederajat: 32,73

Persentase populasi dewasa yang memiliki minimal gelar master/sederajat: 13,28

Baca juga : Kuliah di Malaysia, Solusi Pendidikan Terdekat dengan Biaya Terjangkau dan Mutu Diakui

10. Finlandia

Jumlah individu dengan nominasi penghargaan Nobel: 198

Jumlah universitas dengan penghargaan Nobel: 16

Rata-rata IQ (Lynn-Becker): 101,20

Persentase penduduk dewasa yang memiliki minimal gelar sarjana/sederajat: 28,80

Persentase populasi dewasa yang memiliki minimal gelar master/sederajat: 14,43

Kuliah di Malaysia, Solusi Pendidikan Terdekat dengan Biaya Terjangkau dan Mutu Diakui

Kuliah di Malaysia, ribuan siswa di Indonesia menanti pengumuman Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) dengan harap-harap cemas. Persaingan yang begitu ketat membuat banyak calon mahasiswa harus menghadapi kenyataan pahit. Tak sedikit dari mereka yang gagal mendapatkan tempat di perguruan tinggi negeri impian mereka. Dalam kondisi seperti ini, muncul pertanyaan, ke mana harus melangkah selanjutnya? Bagi mereka yang ingin mendapatkan pendidikan berkualitas dengan biaya yang lebih terjangkau, Malaysia hadir sebagai alternatif menarik di kutip oleh www.sdn1wayhandak.com.

Melansir Global Flow of Tertiary-Level Students yang dikeluarkan Unesco Institute for Statistics 2021, Malaysia menempati peringkat kedua sebagai negara tujuan mahasiswa Indonesia dengan jumlah 8.440 mahasiswa. Dengan perpaduan budaya Melayu, China, dan India yang kaya, Malaysia menawarkan atmosfer belajar yang multikultural, tetapi memiliki kedekatan dengan budaya Indonesia.

Dekat dan terjangkau

Tidak perlu menempuh perjalanan panjang berjam-jam seperti halnya ke benua lain. Dari jakarta, surabaya, atau medan, malaysia dapat di jangkau hanya dalam waktu 2-3 jam penerbangan. Kedekatan geografis itu memudahkan mahasiswa untuk pulang ke indonesia saat liburan atau dalam keadaan darurat. Selain itu, kesamaan budaya, bahasa, dan agama membuat mahasiswa indonesia merasa lebih cepat beradaptasi dan nyaman menjalani kehidupan di sana. Di bandingkan dengan negara-negara barat, seperti amerika serikat, inggris, atau australia, biaya kuliah di malaysia pun jauh ramah di kantong.

Untuk universitas negeri, biaya kuliah di mulai dari Rp 15 juta per semester. Sementara, di universitas swasta, biaya bervariasi tergantung program studi. Meski demikian, angka tersebut tetap berada dalam kisaran yang lebih terjangkau ketimbang negara-negara tujuan studi populer lainnya. Perguruan tinggi di Malaysia memberikan kesempatan masuk berdasarkan nilai akademik dan kualifikasi bahasa Inggris, seperti IELTS, MUET, atau TOEFL iBT. Proses ini berbeda dengan Indonesia yang mewajibkan SNBT. Bahkan, banyak universitas di Malaysia yang tidak membebankan uang pangkal atau biaya gedung sehingga mengurangi beban finansial mahasiswa baru.

Biaya Hidup Di Malaysia

Biaya hidup di malaysia juga lebih rendah ketimbang negara-negara tujuan studi lainnya. Sebagai gambaran, rata-rata pengeluaran mahasiswa perbulan untuk akomodasi adalah sekitar Rp. 800.000 hingga Rp. 2.000.000, tergantung lokasi dan jenis tempat tinggal. Sementara untuk makan dan minum, rata-rata pengeluaran mahasiswa sekitar Rp 1.5 juta hingga Rp 3 juta. Kemudian, biaya transportasi sekitaran Rp 500.000 serta keperluan lain, seperti internet, hiburan, dan belanja pribadi sekitar Rp 1 juta. Jadi, dengan total sekitar Rp 5 juta hingga Rp 7 juta per bulan, Malaysia menawarkan pengalaman belajar di luar negeri dengan biaya yang tetap bersahabat.


Baca juga: Daftar 12 Fakultas Kedokteran Terbaik di RI Tahun 2025, Ada USU


Kualitas unggul dan jaringan global

Malaysia juga di kenal sebagai negara dengan sejumlah perguruan tinggi dengan kualitas unggul. Nama-nama seperti Universiti Malaya (UM), Universiti Putra Malaysia (UPM), dan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), sering masuk dalam daftar universitas terbaik dunia. Tak hanya itu, kerja sama dengan institusi ternama dari Inggris dan Australia juga memungkinkan mahasiswa memperoleh gelar dari universitas luar negeri tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar. Lebih dari itu, malaysia bukan sekedar tempat belajar, melainkan juga pusat bisnis dan ekonomi asia tenggara. Mahasiswa yang kuliah di malaysia memiliki kesempatan untuk magang di perusahaan multinasional dan membangun jaringan profesional yang dapat menjadi bekal berharga setelah lulus.

Tak sedikit alumni yang berhasil mendapatkan pekerjaan di malayasia ataupun negara lain melalui program industri dan kewirausahaan yang di tawarkan universitas. Pemerintah malaysia melalui education malaysia indonesia juga aktisf memberikan berbagai kemudahan bagi pelajar internasional. Mulai dari layanan konsultasi pendidikan hingga bantuan dalam pengurusan visa, semua kemudahan itu di rancang untuk memastikan mahasiswa asing dapat menyesuaikan diri dengan mudah. Mahasiswa juga memanfaatkan sejumlah portal, seperti Discover Education Malaysia dan Education Malaysia Global Services (EMGS), untuk pendaftaran dan pengurusan visa.

Daftar 12 Fakultas Kedokteran Terbaik di RI Tahun 2025, Ada USU

Daftar 12 Fakultas Kedokteran – Program studi (prodi) kedokteran di berbagai kampus jadi yang paling di minati bagi calon mahasiswa baru. Begitu juga dalam penerimaan mahasiswa di jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), prodi kedokteran merupakan salah satu pilihan yang terfavorit.

Dari data peminat di SNBP 2024, prodi pendidikan kedokteran di Universitas Indonesia (UI) memiliki peminat sebanyak 1.720 dan pendidikan kedokteran gigi sebanyak 504. Sedangkan di Universitas Gadjah Mada (UGM), peminat di kedokteran mencapai 2.159

Berikut daftar kampus-kampus kedokteran terbaik, bagi kamu yang tertarik mendaftar jurusan tersebut untuk tahun ini.

Kampus Terbaik Bidang Kedokteran

Time Higher Education (THE), lembaga pemeringkatan perguruan tinggi tingkat global, merilis World University Ranking (WUR) by Subject 2025. Bidang yang dinilai salah satunya adalah Medical and Health (Kedokteran dan Kesehatan).

Melansir laman resmi THE, daftar universitas dengan fakultas kedokteran dan kesehatan terbaik ini memuat sebanyak 1.150 institusi dari 102 negara. Penilaian yang dilakukan didasarkan pada 18 indikator kerja yang ketat.

Selain itu, THE WUR menganalisis 157 juta kutipan, 18 juta publikasi penelitian, dan respons survei dari lebih 93.000 akademisi di seluruh dunia. Dengan data yang begitu luas dan mendalam, survei ini menilai bahwa kampus kedokteran di Asia masih harus berjuang untuk bersaing secara global.

Pada umumnya, fakultas kedokteran dan kesehatan di berbagai kampus dunia memiliki bidang berikut:

  • Kedokteran dan bedah: termasuk patologi, onkologi dan spesialisasi klinis
  • Kedokteran gigi: mencakup kedokteran gigi dan kesehatan mulut
  • Keperawatan dan perawatan kesehatan: meliputi perawatan pasien dan praktik klinis
  • Kesehatan masyarakat: termasuk epidemiologi dan sistem perawatan kesehatan

Hasilnya, sejumlah kampus yang menyediakan bidang kedokteran di Indonesia berhasil masuk peringkat.

Daftar 12 Fakultas Kedokteran Terbaik di Indonesia Versi THE WUR by Subject 2025: Medical and Health

1. Universitas Indonesia

Peringkat dunia: 501-600
Skor: 32,4- 35,4

2. Universitas Airlangga

Peringkat dunia: 601-800
Skor: 26,8-32,3

3. Universitas Gadjah Mada

Peringkat dunia: 601-800
Skor: 26,8-32,3

4. Institut Teknologi Bandung

Peringkat dunia: 801-1000
Skor: 20,7-26,7

5. Universitas Padjadjaran

Peringkat dunia: 801-1000
Skor: 20,7-26,7

6. Universitas Syiah Kuala

Peringkat dunia: 801-1000
Skor: 20,7-26,7

7. Universitas Diponegoro

Peringkat dunia: 1001+
Skor: 11,8-20,6

8. Universitas Hasanuddin

Peringkat dunia: 1001+
Skor: 11,8-20,6

9. Universitas Andalas

Peringkat dunia: 1001+
Skor: 11,8-20,6

10. Universitas Sebelas Maret

Peringkat dunia: 1001+
Skor: 11,8-20,6

11. Universitas Sumatera Utara

Peringkat dunia: 1001+
Skor: 11,8-20,6

12. Universitas Brawijaya

Peringkat dunia: 1001+
Skor: 11,8-20,6

Demikian daftar fakultas kedokteran terbaik di Indonesia tahun 2025. Kamu sudah tahu ingin pilih kampus apa?

Baca juga : Ada 3 Juta Penganggur Lulusan SMA-SMK

Ada 3 Juta Penganggur Lulusan SMA-SMK

Ada 3 Juta Penganggur – Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Abdul Kadir menyampaikan bahwa dari 7,5 juta orang penganggur di Indonesia, sekitar 3 juta merupakan lulusan SMA dan SMK, sedangkan 2,5 juta lainnya adalah lulusan SMP.

Di sisi lain, data BP2MI menunjukkan terdapat sekitar 5,2 juta pekerja migran Indonesia yang bekerja di luar negeri, dengan 57,3 persen bekerja di sektor informal dan 70 persen di antaranya adalah perempuan dengan pendidikan rata-rata SD-SMP.

Baca juga : Beasiswa Indonesia Bangkit: Jenis dan Komponen Beasiswa yang Diberikan

Kesepakatan ini mencakup pemetaan potensi calon pekerja, peningkatan kompetensi, standardisasi, dan pembinaan untuk memastikan kualitas lulusan.

“Masalah utama penempatan pekerjaan negara kita ini adalah soal kompetensi, soal kompetensi.

Pekerja migran di nilai bisa bantu APBN

Menurut dia, peran pekerja migran dalam perekonomian suatu negara sangatlah besar. Ia mencontohkan Filipina, yang memperoleh pendapatna hingga ribuan triliun rupiah dari pekerja migrannya.

Para pekerja migran juga menjadi penyumbang signifikan bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mereka.

Kerja sama dengan 12 instansi

Abdul menegaskan bahwa di tengah angka pengangguran dalam negeri yang berpotensi terus meningkat, salah satu solusi terbaik adalah dengan memaksimalkan penyerapan tenaga kerja di dalam negeri. Ia mengatakan pihaknya akan mengoptimalkan berbagai langkah strategis guna menciptakan lebih banyak peluang kerja bagi masyarakat.

“Kami akan mendorong agar ada kesempatan kerja di luar negeri. Jadi yang kami lakukan dalam membangun ekosistem pelatihan atau ekosistem vokasi ini adalah bekerja sama dengan semua kementerian dan lembaga yang ada,” jelas Abdul.

Menurut Abdul, pihaknya saat ini sudah mengadakan kerja sama dengan 12 lembaga atau kementerian yang bisa membantu pelatihan vokasi. Salah satunya adalah dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah yang dipimpin oleh Menteri Abdul Mu’ti.

Peluang gaji tinggi di luar negeri

Dalam kesempatan yang sama, Abdul Kadir juga membandingkan tingkat kesejahteraan tenaga kerja di dalam dan luar negeri.

“Saat ini, gaji perawat di Korea atau Jepang berkisar antara Rp 20 juta hingga Rp 25 juta per bulan. Sementara itu, gaji UMK tertinggi di Indonesia, seperti di Jakarta, hanya sekitar Rp 5 jutaan, di Karawang Rp 5 jutaan, dan di daerah lain bisa lebih rendah, sekitar Rp 3 jutaan hingga Rp 4 jutaan,” ungkapnya.

Ia juga menyebut bahwa pekerja migran yang memiliki sertifikasi khusus bisa memperoleh gaji antara Rp 50 juta hingga Rp 80 juta per bulan.

Beasiswa Indonesia Bangkit: Jenis dan Komponen Beasiswa yang Diberikan

Beasiswa Indonesia Bangkit – Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) merupakan skema beasiswa kolaborasi dari Kementerian Agama dan LPDP Kementerian Keuangan untuk masyarakat Indonesia yang ingin mengembangkan karier, pengalaman, dan jaringan kampus di dalam dan luar negeri.

Melalui program gelar (degree program) maupun non gelar (non-degree program), Beasiswa Indonesia Bangkit berkomitmen untuk mempersiapkan pemimpin, pendidik, dan profesional masa depan serta mendorong inovasi demi terwujudnya Indonesia yang rukun, harmonis, dan sejahtera.

Program BIB bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di lingkungan Kementerian Agama melalui Program Gelar dan Non Gelar untuk mendukung percepatan target Pembangunan Nasional. Selain itu, BIB membiayai Program Gelar dan Non Gelar pada jenjang pendidikan sarjana/sarjana terapan, magister dan doktoral bagi pendidik (guru dan dosen), pegawai kementerian Agama serta calon dosen termasuk mahasiswa berprestasi yang memenuhi persyaratan.

Calon pendaftar, di imbau untuk menyiapkan sejumlah persyaratan, di antaranya: (1) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL) atau Bahasa Arab (TOAFL); (2) Berumur maksimal 40 tahun untuk S2 dan 45 tahun untuk S3; (3) Memiliki ijazah atau surat keterangan lulus; (4) Bagian dari Keluarga Besar Kemententerian Agama RI; (5) Melengkapi persyaratan administrasi lainnya.

Pendaftar di sarankan segera mempersiapkan dokumen yang di butuhkan agar bisa mendaftar tepat waktu sesuai dengan persyaratan dan mekanisme pendaftaran, yang dapat di akses pada: www.sdn1wayhandak.com

Sebelum menyiapkan dokumen, mari kita kenal jenis dan komponen beasiswa di program BIB 2025.

Jenis Beasiswa

  1. Beasiswa UMUM

  •  Beasiswa S1

Beasiswa Umum S1 Dalam Negeri merupakan program beasiswa yang di peruntukkan bagi Lulusan Satuan Pendidikan Umum dan Keagamaan Jenjang Menengah di bawah binaan Kemenag/Pondok Pesantren/Tenaga Kependidikan pada Satuan Pendidikan Menengah di bawah binaan Kemenag/Lulusan SMA/SMK untuk melanjutkan studi pada jenjang S1 di perguruan tinggi dalam negeri.

  • Beasiswa Umum S2 Dalam dan Luar Negeri

Bsiswa Umum S2 Dalam Negeri merupakan program beasiswa yang di peruntukkan bagi lulusan S1 Perguruan Tinggi Keagamaan/Fakultas Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum, Alumni Program Beasiswa Santri Berprestasi, Guru Pendidikan Agama, Guru Madrasah, Tenaga Kependidikan di Bawah Kementerian Agama, Penyuluh Agama, dan Pegawai Kementerian Agama untuk melanjutkan studi pada jenjang S2 di perguruan tinggi dalam negeri.

Beasiswa Umum S2 Luar Negeri merupakan program beasiswa yang di peruntukkan bagi lulusan S1 Perguruan Tinggi Keagamaan/Fakultas Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum; Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pengawas di Bawah Kementerian Agama; alumni Program Beasiswa Santri Berprestasi; dan Pegawai Kementerian Agama untuk melanjutkan studi pada jenjang S2 di perguruan tinggi luar negeri.

  • Beasiswa Umum S3 Dalam dan Luar Negeri

Beasiswa Umum S3 Dalam Negeri merupakan program beasiswa yang di peruntukkan bagi Dosen Perguruan Tinggi Keagamaan, Dosen Agama pada Perguruan Tinggi Umum, dan Pegawai Kementerian Agama untuk melanjutkan studi pada jenjang S3 di perguruan tinggi dalam negeri maupun luar negeri.

Baca juga berita terupdate kami lainnya hanya di sini: https://www.sdn1wayhandak.com/

2. Beasiswa Prestasi

  • Beasiswa S1 Dalam dan Luar Negeri

Beasiswa Prestasi S1 Dalam Negeri merupakan program beasiswa yang di peruntukkan bagi Lulusan Satuan Pendidikan Umum dan Keagamaan Jenjang Menengah di bawah binaan Kemenag/Pondok Pesantren/Tenaga Kependidikan pada Satuan Pendidikan Menengah di bawah binaan Kemenag/Lulusan SMA/SMK yang memiliki prestasi tingkat nasional/internasional dan atau MAN Insan Cendekia/Unggul untuk melanjutkan studi pada jenjang S1 pada perguruan tinggi di dalam negeri maupun luar negeri.

  • Beasiswa Double Degree

Adalah beasiswa yang di peruntukkan bagi lulusan S1 Perguruan Tinggi Keagamaan/Fakultas Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum, atau alumni Program Beasiswa Santri Berprestasi untuk mendapatkan dua gelar akademis sekaligus dalam satu periode studi dari dua perguruan tinggi yang berbeda dari dalam negeri dan luar negeri.

  • Beasiswa Program Magister Lanjut Doktor (PMLD) Dalam Negeri

Program Magister Lanjut Doktor Dalam Negeri merupakan program beasiswa yang di peruntukkan lulusan S1 Perguruan Tinggi Keagamaan/Fakultas Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum, atau alumni Program Beasiswa Santri Berprestasi untuk menempuh jenjang S2 dan S3 secara langsung di Perguruan Tinggi Dalam Negeri.

3. Beasiswa Target

  • Beasiswa S1 Tahfidz Dalam Negeri

Basiswa Tahfidz S1 Dalam Negeri merupakan program beasiswa bagi Lulusan Satuan Pendidikan Umum dan Keagamaan Jenjang Menengah di bawah binaan Kemenag/Pondok Pesantren/Lulusan SMA/SMK yang di tujukan kepada Tahfidz Quran untuk melanjutkan studi pada jenjang S1 pada perguruan tinggi di dalam negeri.

  • Beasiswa S1 PJJ-PAI

Beasiswa Sarjana (S1) PJJ PAI atau Pendidikan Jarak Jauh Sarjana Pendidikan Agama Islam adalah program beasiswa. Di tujukan bagi Guru PAI di madrasah dan di sekolah, serta guru di pesantren yang berada di bawah binaan Kemenag. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensi guru pendidikan agama Islam melalui jenjang S1 pada Program Studi PJJ PAI di Perguruan Tinggi keagamaan Islam.

Komponen Beasiswa

1. Biaya Pendidikan

  • Biaya Pendaftaran
  • Biaya SPP (Tuition Fee)
  • Bantuan Penelitian Skripsi/Tesis/Di sertasi
  • Bantuan Seminar Internasional (S2/S3)
  • Bantuan Publikasi Jurnal Internasional (S2/S3)

2. Biaya Pendukung

  • Transportasi
  • Asuransi Kesehatan
  • Biaya Hidup Bulanan (Living Cost)
  • Settlement Allowance
  • Family Allowance (S3)
  • Biaya Aplikasi Visa/Residence Permit (LN)
  • Dana Darurat

3. Biaya Tambahan (Disabilitas)

  • Biaya Transportasi Pendamping
  • Biaya Asuransi Kesehatan Pendamping
  • Biaya Pendukung Lainnya yang di setujui
  • Biaya Peningkatan Kemampuan Bahasa (Afirmasi)
  • Biaya Program
  • Biaya Hidup Bulanan
  • Biaya Transportasi